Selasa, 27 Maret 2012

Tugas 3

Abstrak
Pengangguran menjadi masalah yang pasti dialami oleh semua masyarakat baik itu negara berkembang ataupun negara maju sekalipun. Tidak akan ada habisnya bila membahas  tentang pengangguran. Penanggulangan pengangguran menjadi upaya yang harus dilakukan oleh pihak-pihak yang berkepentingan.
Pengangguran dapat terjadi karena jumlah angkatan kerja yang ada lebih banyak dari pada jumlah kesempatan kerja dikarenakan adanya ledakan penduduk pada suatu negara, factor modernisasi baik produksi sektor pertanian maupun sektor produksi bidang industri ataupun usaha-usaha jasa lainnya yang dalam hal ini para produser berusaha mengantikan peranan tenaga produksi berupa manusia diganti dengan berupa mesin dengan suatu alasan ekonomis dan praktis karena mesin akan lebih murah, lebih cepat, atau efisien dan perkayaan pada pekerja yang telah memasuki masa pensiun walaupun hanya sedikit tetapi hal ini dapat mempengaruhi terjadinya pengangguran, ataupun angkatan kerja tidak dapat memenuhi persyaratan yang diminta oleh dunia kerja. Pengangguran menghasilkan dampak yang sangat signifikan dalam tingkat kemakmuran yang mungkin dicapai tidak maksimal dikarenakan pengangguran menyebabkan pendapatan nasional yang dicapai lebih rendah dari pendapatan nasional potensial, kehilanggan kemampuan dalam keterampilan dikarenakan penganggur dalam periode yang lama akan menyebabkan tingkat keterampilan pekerja menjadi semakin menurun, dan ketidakstabilan politik dikarenakan tuntutan dan kritik akan dilontarkan kepada pemerintah yang disertai aksi unjuk rasa dan kegiatan-kegiatan bersifat kriminal juga semakin meningkat.
Pemerintah juga melakukan upaya untuk menanggulai pengangguran akan tetapi dalam menganggulai pengangguran pemerintah mendapatkan hambatan antara lain dalam faktor mentalisasi pada pengangguran yang masih melekat pada sebagian besar para angkatan kerja atau penganggur kita baik itu penganggur dikota, dan yang berada didesa, faktor pendidikan atau keterampilan yang berlatar belakang pendidikkan yang rendah lebih kurang 21 juta diantaranya buta huruf  tidak mengenal bangku sekolah disamping itu tidak sedikit yang mengalami putus sekolah, baik SD, SMP, SMA dan Perguruan Tinggi, factor modal dan factor data yaitu tidak objektifnya data para penganggur yang ada, dalam arti tidak jelasnya atau tidak lengkapnya para penganggur atau pencari kerja yangb mendaftarkan diri pada kantor resor tenaga kerja dimana-mana .
Selain dari pemerintah usaha penganggulangan lain juga dilakukan diantaranya Proyek Pusat Latihan Kejuruan (PLK) adalah suatu proyek yang diadakan oleh pemerintah dalam hal ini ialah Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Peningkatan mobilitas tenaga kerja dilakukan dengan memindahkan pekerja ke kesempatan kerja yang lowong dan melatih ulang keterampilannya sehingga dapat memenuhi tuntutan kualifikasi di tempat baru, pemberian informasi yang cepat mengenai tempat-tempat mana yang sedang memerlukan tenaga kerja, Program Pendidikan dan Pelatihan Kerja karena pengangguran terutama disebabkan oleh masalah tenaga kerja yang tidak terampil dan ahli, dan muncul keinginan untuk menciptakan lapangan usaha sendiri atau berwiraswasta yang berhasil.
Pengangguran juga berdampak pada kepada kehidupan manusia. Pengangguran menyebabkan tingkat kemakmuran yang mungkin dicapai tidaklah maksimal. Pengangguran menyebabkan pendapatan nasional yang dicapai lebih rendah dari pendapatan nasional potensial.  Pengangguran dapat membuat seseorang kehilangan kemampuan keterampilan, keterampilan dalam mengerjakan sesuatu pekerjaan hanya dapat dipertahan-kan apabila keterampilan tersebut digunakan dalam praktik. Pengangguran juga berdampak pada kestabilan sosial dan politik, kegiatan ekonomi yang lesu dan pengangguran yang tinggi dapat menimbulkan rasa tidak puas masyarakat kepada pemerintah berbagai tuntutan dan kritik akan dilontarkan kepada pemerintah yang disertai aksi unjuk rasa, sehingga mengganggu stabilitas politik.


NAMA                        : ASWAJUN FEBRYANI (28211404)
KELOMPOK                                                                                    
·         MUHAMMAD IQBAL HAWARI (28211713)
·         CAMILLA ZAHRA (28211484)
·         LUKMAN TRI ALIANSYAH (28211429)
·         ROBI EPIAN (28211601)

 Terimakasih kepada Bapak / Ibu Blogger yang secara tidak langsung telah membantu terselesaikannya tugas saya, semoga bermanfaat bagi setiap yang membacanya.

 Referensi :
-Bakri, Zainab. 1984, Angkatan Kerja di Indonesia. Jakarta : Raja wali

-Squire, Lyn. 1982, Kebijaksanaan Kesempatan Kerja di Negara-Negara yang sedang Berkembang.  Jakarta: Pustaka Bradjaguna





Minggu, 11 Maret 2012

Perekonomian Indonesia


Keadaan Perekonomian Indonesia secara Global
Sebelum krisis uang rupiah terjadi, masyarakat Indonesia dan dunia boleh dikatakan sangat optimis mengenai prospek perekonomian Indonesia pada abad 21. Banyak kalangan yang percaya bahwa dalam waktu dekat ini Indonesia akan menjadi a new asian tiger. Rasa optimis ini dapat dimengerti terutama melihat sejarah bahwa sejak pemerintahan Orde Baru berdiri hingga pertengahan tahun 1997 proses pembangunan ekonomi di Indonesia berjalan cukup lancar, walaupun beberapa kali digoncang oleh factor eksternal, seperti turunnya harga minyak mentah dipasar internasional, resensi ekonomi dunia pada pertengahan tahun 1980an dan apresiasi nilai tukar yen terhadap dolar AS pada tahun 1995 yang lalu. Salah satu kesalahan yang membuat rasa optimis itu tidak didasari fakta yang sebenarnya adalah karena masyarakat Indonesia selama ini hanya memperhatikan laju pertumbuhan output atau produk domestic bruto (PDB) dan perkembangan ekspor non-migas.
Pendapat domestic bruto (PDB) Indonesia saat ini menempati urutan ke-18 dari 20 negara yang mempunyai PDB terbesar didunia. Hanya ada 5 negara Asia yang masuk kedalam daftar yang dikeluarkan oleh bank Dunia. Kelima Negara Asia tersebut adalah Jepang (urutan ke-21) Cina (urutab ke-3) India (urutan ke-11) dan Korea Selatan (urutan ke-15). Indonesia yang kini mempunyai PDB mencapai US$700 miliar, boleh saja berbangga. Apalagi, dengan pendapatan perkapita yang mencapai US$3000 per tahun mendapatkan Indonesia diurutan ke-15 negrar-negara dengan pendapatan perkapita yang besar. Belum lagi, indeks harga saham gabungan yang mencatat rekor terbaik se-Asia Pasifik pada 2010.
a.      Investasi
Investasi merupakan salah satu motor pendorong pertumbuhan ekonomi dari sisi permintaan agregat. Besarnya nilai investasi atau rasio investasi terhadap PDB atau PNB juga mencerminkan tingkat industrilisasi disuatu Negara.  Rasio investasi dengan PNB Indonesia masih lebih rendah dari tingkat rata-rata ASEAN, sama halnya Filipina. Sebenarnya hanya melihat pada nilai investasi atau rasionya terhadap PDN/PDB tidak cukup. Tidak ada artinya jika sebagian besar dana untuk membiayai investasi disuatu Negara berasal dari luar. Di Indonesia sumber utama pembentukkan modal berasal dari luar. Satu-satunya sumber dari dalam negeri adalah tabungan nasional (jumlah tabungan dari pemerintah masyarakat dan dunia usaha) yang kontribusinya walaupun meningkat, masih relative kecil. Ahli pemasaran dunia, Philip Kotler menilai Indonesia sudah layak menjadi negara kekuatan ekonomi baru sejajar dengan negara Brazil, Rusia, India, dan China yang tergabung dalam kelompok BRIC. Berbagai keberhasilan Indonesia dicapai dalam melaksanakan reformasi politik dan mengatasi krisis keuangan pada 1998, ketahanan Indonesia dalam menghadapi krisis global 2008, serta kinerja dan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang terus meningkat. Besarnya peluang investasi di Indonesia, baik dalam skala besar maupun kecil, hal ini terkait dengan kebutuhan infrastruktur, energi, pertanian dan komunikasi yang diperlukan Indonesia. Kondisi Indonesia saat ini tengah menunjukkan perubahan ke arah yang lebih positif. Sebagai contoh tingkat korupsi di Indonesia saat ini semakin menurun dibanding tahun-tahun sebelumnya.

b.      Inflasi
Untuk periode 1996 Indonesia merupakan Negara ASEAN dengan tingkat inflasi paling tinggi didalam kawasan ekonomi, ini mencerminkan bahwa tingkat daya saing efisiensi perekonomian nasional lebih rendah dibandingkan dinegara-negara ASEAN lainnya. Rendahnya tingkat kompetatif dan efesiensi ini dapat disebabkan tidak saja oleh fundamental ekonomi makro tetapi lebih ditentukan oleh fundamental ekonomi meso. Tanda-tanda perekonomian mulai mengalami penurunan adalah ditahun 1997 dimana pada masa itulah awal terjadinya krisis. Saat itu pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya berkisar pada level 4,7 persen, sangat rendah dibandingkan tahun sebelumnya yang 7,8 persen. Kondisi keamanan yang belum kondusif akan sangat memengaruhi iklim investasi di Indonesia. Adanya peningkatan pertumbuhan ekonomi yang diharapkan akan menjanjikan harapan bagi perbaikan kondisi ekonomi dimasa mendatang. Bagi Indonesia, dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi maka harapan meningkatnya pendapatan nasional (GNP), pendapatan persaingan kapita akan semakin meningkat, tingkat inflasi dapat ditekan, suku bunga akan berada pada tingkat wajar dan semakin bergairahnya modal bagi dalam negeri maupun luar negeri. Namun semua itu bisa terwujud apabila kondisi keamanan dalam negeri benar-benar telah kondusif. Kebijakan pemerintah saat ini di dalam pemberantasan korupsi sangat turut membantu bagi pemulihan perekonomian. Pertumbuhan ekonomi yang merupakan salah satu indikator makro ekonomi menggambarkan kinerja perekonomian suatu negara akan menjadi prioritas utama bila ingin menunjukkan kepada pihak lain bahwa aktivitas ekonomi sedang berlangsung dengan baik pada negaranya.

c.       Perdagangan Luar Negeri (Ekspor Neto)
Diantara negara-negara ASEAN, Indonesia masih selalu termasuk Negara defisit dalam neraca perdagangan totalnya (barang dan jasa). Indonesia hingga saat ini belum dapat menonjol sebagai salah satu Negara prosedur produk-produk manufaktur non-tradisional, terutama dengan kandungan teknologi menengah dan tinggi. Struktur ekspor Indonesia menunjukkan bahwa ekspor nasional masih lebih banyak dari migas dan komoditi primer lainnya daripada produk-produk manufaktur. Seiring dengan krisis keuangan global yang terjadi di tahun 2008 tersebut perdagangan internasional Indonesia mengalami penurunan tajam pada surplus perdagangan total. Sejak tahun 2005 - 2007 perkembangan surplus perdagangan Indonesia selalu positif. Dari posisi 27.9 miliar dolar di tahun 2005, pada tahun 2007 surplus perdagangan Indonesia mencapai angkat 39.6 miliar dolar AS. Akan tetapi pada tahun 2008 surplus perdagangan tersebut anjlok hingga hanya sebesar 7.8 miliar dolar AS.  Di tahun 2009 terjadi peningkatan surplus dan membaik ke level 19.7 miliar dolar AS. Sementara itu di tahun 2010 ini kembali terjadi peningkatan. Pada periode Januari hingga April 2010 surplus perdagangan Indonesia mencapai angkat 8.8 miliar dolar, mengalami kenaikan dibandingkan periode yang sama pada tahun 2009, yaitu sebesar 7.2 miliar dolar.

d.      Hutang Luar Negeri
Besarnya ketergantungan proses pembangunan ekonomi disuatu Negara terhadap hutang luar negeri (HL) dapat juga menjadi salah satu penyebab besarnya economic vulnerability Negara tersebut terhadap gejolak-gejolak eksternal (global). Sayang rakyat Indonesia selama ini sering dibohongi oleh pemerintah. Utang luar negeri dihubungkan dengan rasio Produk Domestik Bruto (PDB). Akibatnya, utang Indonesia terlihat seakan-akan mengalami penurunan, padahal nominalnya sebenarnya selalu bertambah. Pada masa pemerintahan SBY-JK tahun 2004-2009, utang luar negeri Indonesia bertambah tidak kurang dari Rp.350 triliun. Jika pada tahun 2004, jumlah utang Indonesia sebesar 1.294,8 triliun, pada tahun 2008 jumlah tersebut meningkat menjadi 1.623 triliun. Pada tahun 2009 utang Indonesia sudah menjadi 1.667 triliun atau lebih dari 30 % produk domestik broto karena meminjam kembali dari Bank Dunia. Dalam hal HL sebenarnya yang perlu diperhatikan bukan jumlah absolutnya melainkan nilai relatifnya terhadap nilai tambah ekonomi dari Negara peminjam. Selain itu yang sangat menentukan besar kecilnya kerawanan ekonomi Negara peminjam akibat HL tidak dilihat dari total pinjaman (nilai absolut) maupun kenaikkannya setiap tahun (presentase pertumbuhan), melainkan kemampuan negara tersebut dalam melunasi seluruh HL-nya pada waktunya.

Terimakasih kepada Bapak / Ibu Blogger yang secara tidak langsung telah membantu terselesaikannya tugas saya, semoga bermanfaat bagi setiap yang membacanya.
Djiwandono, J.Soedradjad. 2001. Bergulat dengan Krisis dan Pemulihan Ekonomi Indonesia. Jakarta:Pustaka Sinar Harapan
Tambunan, Tulus. 2001, Perekonomian Indonesia Menyongsong Abad XXI. Jakarta:Pustaka Sinar Harapan 
http://www.4shared.com/document/XFsGjSK5/Inflasi_dan_Perekonomian_di_In.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Inflasi_dan_perekonomian_Indonesia
http://www.anneahira.com/kondisi-perekonomian-indonesia-saat-ini.html

Perekonomian Indonesia


Keadaan Perekonomian Indonesia secara Global
Sebelum krisis uang rupiah terjadi, masyarakat Indonesia dan dunia boleh dikatakan sangat optimis mengenai prospek perekonomian Indonesia pada abad 21. Banyak kalangan yang percaya bahwa dalam waktu dekat ini Indonesia akan menjadi a new asian tiger. Rasa optimis ini dapat dimengerti terutama melihat sejarah bahwa sejak pemerintahan Orde Baru berdiri hingga pertengahan tahun 1997 proses pembangunan ekonomi di Indonesia berjalan cukup lancar, walaupun beberapa kali digoncang oleh factor eksternal, seperti turunnya harga minyak mentah dipasar internasional, resensi ekonomi dunia pada pertengahan tahun 1980an dan apresiasi nilai tukar yen terhadap dolar AS pada tahun 1995 yang lalu. Salah satu kesalahan yang membuat rasa optimis itu tidak didasari fakta yang sebenarnya adalah karena masyarakat Indonesia selama ini hanya memperhatikan laju pertumbuhan output atau produk domestic bruto (PDB) dan perkembangan ekspor non-migas.
Pendapat domestic bruto (PDB) Indonesia saat ini menempati urutan ke-18 dari 20 negara yang mempunyai PDB terbesar didunia. Hanya ada 5 negara Asia yang masuk kedalam daftar yang dikeluarkan oleh bank Dunia. Kelima Negara Asia tersebut adalah Jepang (urutan ke-21) Cina (urutab ke-3) India (urutan ke-11) dan Korea Selatan (urutan ke-15). Indonesia yang kini mempunyai PDB mencapai US$700 miliar, boleh saja berbangga. Apalagi, dengan pendapatan perkapita yang mencapai US$3000 per tahun mendapatkan Indonesia diurutan ke-15 negrar-negara dengan pendapatan perkapita yang besar. Belum lagi, indeks harga saham gabungan yang mencatat rekor terbaik se-Asia Pasifik pada 2010. 

a.      Investasi
Investasi merupakan salah satu motor pendorong pertumbuhan ekonomi dari sisi permintaan agregat. Besarnya nilai investasi atau rasio investasi terhadap PDB atau PNB juga mencerminkan tingkat industrilisasi disuatu Negara.  Rasio investasi dengan PNB Indonesia masih lebih rendah dari tingkat rata-rata ASEAN, sama halnya Filipina. Sebenarnya hanya melihat pada nilai investasi atau rasionya terhadap PDN/PDB tidak cukup. Tidak ada artinya jika sebagian besar dana untuk membiayai investasi disuatu Negara berasal dari luar. Di Indonesia sumber utama pembentukkan modal berasal dari luar. Satu-satunya sumber dari dalam negeri adalah tabungan nasional (jumlah tabungan dari pemerintah masyarakat dan dunia usaha) yang kontribusinya walaupun meningkat, masih relative kecil. Ahli pemasaran dunia, Philip Kotler menilai Indonesia sudah layak menjadi negara kekuatan ekonomi baru sejajar dengan negara Brazil, Rusia, India, dan China yang tergabung dalam kelompok BRIC. Berbagai keberhasilan Indonesia dicapai dalam melaksanakan reformasi politik dan mengatasi krisis keuangan pada 1998, ketahanan Indonesia dalam menghadapi krisis global 2008, serta kinerja dan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang terus meningkat. Besarnya peluang investasi di Indonesia, baik dalam skala besar maupun kecil, hal ini terkait dengan kebutuhan infrastruktur, energi, pertanian dan komunikasi yang diperlukan Indonesia. Kondisi Indonesia saat ini tengah menunjukkan perubahan ke arah yang lebih positif. Sebagai contoh tingkat korupsi di Indonesia saat ini semakin menurun dibanding tahun-tahun sebelumnya.

b.      Inflasi
Untuk periode 1996 Indonesia merupakan Negara ASEAN dengan tingkat inflasi paling tinggi didalam kawasan ekonomi, ini mencerminkan bahwa tingkat daya saing efisiensi perekonomian nasional lebih rendah dibandingkan dinegara-negara ASEAN lainnya. Rendahnya tingkat kompetatif dan efesiensi ini dapat disebabkan tidak saja oleh fundamental ekonomi makro tetapi lebih ditentukan oleh fundamental ekonomi meso. Tanda-tanda perekonomian mulai mengalami penurunan adalah ditahun 1997 dimana pada masa itulah awal terjadinya krisis. Saat itu pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya berkisar pada level 4,7 persen, sangat rendah dibandingkan tahun sebelumnya yang 7,8 persen. Kondisi keamanan yang belum kondusif akan sangat memengaruhi iklim investasi di Indonesia. Adanya peningkatan pertumbuhan ekonomi yang diharapkan akan menjanjikan harapan bagi perbaikan kondisi ekonomi dimasa mendatang. Bagi Indonesia, dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi maka harapan meningkatnya pendapatan nasional (GNP), pendapatan persaingan kapita akan semakin meningkat, tingkat inflasi dapat ditekan, suku bunga akan berada pada tingkat wajar dan semakin bergairahnya modal bagi dalam negeri maupun luar negeri. Namun semua itu bisa terwujud apabila kondisi keamanan dalam negeri benar-benar telah kondusif. Kebijakan pemerintah saat ini di dalam pemberantasan korupsi sangat turut membantu bagi pemulihan perekonomian. Pertumbuhan ekonomi yang merupakan salah satu indikator makro ekonomi menggambarkan kinerja perekonomian suatu negara akan menjadi prioritas utama bila ingin menunjukkan kepada pihak lain bahwa aktivitas ekonomi sedang berlangsung dengan baik pada negaranya.

c.       Perdagangan Luar Negeri (Ekspor Neto)
Diantara negara-negara ASEAN, Indonesia masih selalu termasuk Negara defisit dalam neraca perdagangan totalnya (barang dan jasa). Indonesia hingga saat ini belum dapat menonjol sebagai salah satu Negara prosedur produk-produk manufaktur non-tradisional, terutama dengan kandungan teknologi menengah dan tinggi. Struktur ekspor Indonesia menunjukkan bahwa ekspor nasional masih lebih banyak dari migas dan komoditi primer lainnya daripada produk-produk manufaktur. Seiring dengan krisis keuangan global yang terjadi di tahun 2008 tersebut perdagangan internasional Indonesia mengalami penurunan tajam pada surplus perdagangan total. Sejak tahun 2005 - 2007 perkembangan surplus perdagangan Indonesia selalu positif. Dari posisi 27.9 miliar dolar di tahun 2005, pada tahun 2007 surplus perdagangan Indonesia mencapai angkat 39.6 miliar dolar AS. Akan tetapi pada tahun 2008 surplus perdagangan tersebut anjlok hingga hanya sebesar 7.8 miliar dolar AS.  Di tahun 2009 terjadi peningkatan surplus dan membaik ke level 19.7 miliar dolar AS. Sementara itu di tahun 2010 ini kembali terjadi peningkatan. Pada periode Januari hingga April 2010 surplus perdagangan Indonesia mencapai angkat 8.8 miliar dolar, mengalami kenaikan dibandingkan periode yang sama pada tahun 2009, yaitu sebesar 7.2 miliar dolar.

d.      Hutang Luar Negeri
Besarnya ketergantungan proses pembangunan ekonomi disuatu Negara terhadap hutang luar negeri (HL) dapat juga menjadi salah satu penyebab besarnya economic vulnerability Negara tersebut terhadap gejolak-gejolak eksternal (global). Sayang rakyat Indonesia selama ini sering dibohongi oleh pemerintah. Utang luar negeri dihubungkan dengan rasio Produk Domestik Bruto (PDB). Akibatnya, utang Indonesia terlihat seakan-akan mengalami penurunan, padahal nominalnya sebenarnya selalu bertambah. Pada masa pemerintahan SBY-JK tahun 2004-2009, utang luar negeri Indonesia bertambah tidak kurang dari Rp.350 triliun. Jika pada tahun 2004, jumlah utang Indonesia sebesar 1.294,8 triliun, pada tahun 2008 jumlah tersebut meningkat menjadi 1.623 triliun. Pada tahun 2009 utang Indonesia sudah menjadi 1.667 triliun atau lebih dari 30 % produk domestik broto karena meminjam kembali dari Bank Dunia. Dalam hal HL sebenarnya yang perlu diperhatikan bukan jumlah absolutnya melainkan nilai relatifnya terhadap nilai tambah ekonomi dari Negara peminjam. Selain itu yang sangat menentukan besar kecilnya kerawanan ekonomi Negara peminjam akibat HL tidak dilihat dari total pinjaman (nilai absolut) maupun kenaikkannya setiap tahun (presentase pertumbuhan), melainkan kemampuan negara tersebut dalam melunasi seluruh HL-nya pada waktunya.

Terimakasih kepada Bapak / Ibu Blogger yang secara tidak langsung telah membantu terselesaikannya tugas saya, semoga bermanfaat bagi setiap yang membacanya.
Djiwandono, J.Soedradjad. 2001. Bergulat dengan Krisis dan Pemulihan Ekonomi Indonesia. Jakarta:Pustaka Sinar Harapan

Tambunan, Tulus. 2001, Perekonomian Indonesia Menyongsong Abad XXI. Jakarta:Pustaka Sinar Harapan 
http://www.4shared.com/document/XFsGjSK5/Inflasi_dan_Perekonomian_di_In.html

http://id.wikipedia.org/wiki/Inflasi_dan_perekonomian_Indonesia
http://www.anneahira.com/kondisi-perekonomian-indonesia-saat-ini.htm